Diskusi panel menghadirkan tiga narasumber utama yang ahli dalam bidang Ekonomi Biru, yaitu Prof. Dr. Suparman Abdullah, M.Si (Guru Besar Sosiologi FISIP UNHAS), Dr. Setiawan Aswad, M.Dev., Plg (Kepala Bappelitbangda Provinsi Sulawesi Selatan dan Pj Bupati Kabupaten Takalar), serta Dr. Muhammad Ihsan Maro, S.Ag., M.Si (Peneliti Ekonomi Biru).
Dr. Sakaria, Ketua Program Studi Magister Sosiologi, menjelaskan bahwa tujuan kegiatan ini adalah untuk membangun pemahaman mendalam mengenai peran vital masyarakat pesisir dan pulau dalam pengembangan ekonomi biru di Sulawesi Selatan. “Ekonomi biru adalah langkah masa depan, dan masyarakat pedesaan pesisir dan pulau memiliki peran strategis di dalamnya. Kegiatan ini menjadi upaya kolaboratif untuk membahas bagaimana sektor-sektor ini dapat ikut berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan,” ujar Dr. Sakaria.
Rasna, Ketua Panitia, mengungkapkan rasa bangga atas antusiasme peserta dalam diskusi panel yang berlangsung. Kegiatan ini terbagi dalam dua sesi, dengan sesi pertama pukul 09.00 hingga 12.00 WITA yang dipandu oleh Hidayat Doe, diisi pemaparan dari tiga narasumber ahli serta diskusi mendalam mengenai peran masyarakat pesisir dalam ekonomi biru. Pada sesi kedua, yang dipandu oleh Arisnawawi, berlangsung dari pukul 13.00 hingga 15.00 WITA, pemakalah diberikan kesempatan untuk mempresentasikan karya ilmiah mereka.
"Kami sangat antusias melihat minat tinggi dari pemateri, pemakalah dan peserta dalam membahas topik ini. Mereka menyumbangkan gagasan segar yang berpotensi mendorong pembangunan ekonomi biru di Sulawesi Selatan. Khusus untuk makalah ilmiah yang memenuhi syarat nantinya akan dipublikasikan dalam bentuk *book chapter* sebagai kontribusi bagi literatur akademik," ujar Rasna.
Acara yang dimulai sejak pagi hingga sore ini berlangsung dinamis dengan paparan dari masing-masing narasumber, yang diikuti dengan sesi tanya jawab. Diskusi berfokus pada kontribusi masyarakat pesisir, tantangan yang dihadapi dalam implementasi ekonomi biru, serta potensi yang masih bisa digali di Sulawesi Selatan.
Dalam sambutannya, Pimpinan Fakultas menekankan pentingnya dukungan dan kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan ekosistem ekonomi biru yang berkelanjutan. Ia menyoroti bahwa akademisi, pemerintah, serta masyarakat memiliki peran strategis dalam mewujudkan keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya laut dan kelestarian lingkungan. Ia juga berharap bahwa diskusi ini mampu membuka jalan untuk inisiatif-inisiatif nyata yang akan mendukung pembangunan ekonomi biru, tidak hanya di Sulawesi Selatan tetapi juga di seluruh wilayah Indonesia.
“Ekonomi biru bukan hanya soal ekonomi semata. Ini tentang bagaimana kita membangun harmoni antara aspek lingkungan, sosial, dan budaya dengan tujuan keberlanjutan,” jelasnya.
Kegiatan ini diharapkan dapat memupuk kesadaran dan dukungan dari komunitas akademik terhadap pentingnya ekonomi biru di masa depan. Para peserta pun mengharapkan agar kegiatan serupa dapat terus diadakan untuk memperkuat kolaborasi antara dunia akademik, pemerintah, dan masyarakat.
Citizen Journalism: Arisnawawi